Kamis, 29 Mei 2014

TRADISI KRAYAHAN DALAM BUDAYA ORANG JAWA



Makalah ini  disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Kepesantrenan
 


 

Disusun Oleh :

MUTOHAROH



FAKULTAS  TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-MUHAMMAD  CEPU



DAFTAR ISI


Kata Pengantar
A.     LATAR BELAKANG
B.     RUMUSAN MASALAH
C.     PEMBAHASAN MASALAH
D.     KESIMPULAN
E.      DAFTAR PUSTAKA




KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadiran Allah SWT , kami dapat menyusun makalah ini dengan harapan semoga Allah SWT selalu memberikan hidayahnya kepada kami. Amin
            Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Sholikhin Hasan , S.Ag.M.pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah ini.
            Semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, kami juga sadar bahwa laporan yang kami buat mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mohn saran dan kritik yang bersifat membangun.
            Demikian makalah kami, semoga dengan makalah yang sederhana ini dapat mencapai tujuan yang diharapkan.



A.     LATAR BELAKANG

Dizaman yang serba modern ini, masih banyak masyarakat yang kurang tahu atau memahami adat istiadat kebudayaan mereka sendiri.
Untuk itu saya membuat makalah ini, aupaya saya lebih mengetahui lebih baiknya dalam dapat jawa tentang tradisi krayah (krayahan).

B.     RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah tentang tradisi krayahan ini antara lain sebagai berikut:
1.      Kapan tradisi itu dilaksanakan ?
2.      Dimana tempat pelaksanaanya ?
3.      Bagaimana prosesnya ?
4.      Mengapa tradisi itu masih dilakukan ?
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat dalam pembahasan selanjutnya.

C.   PEMBAHASAN MASALAH

a.     Pengertian Krayahan
  
Menurut sebagian masyarakat krayahan yaitu suatu ucapan syukur  kepada Allah atas keselamatan bayi serta ibunya selama melalui massa persalinan.
Dalam event ini diisi dengan upacara sederhana yaitu  mengumandangkan adzan ditelinga kanan dan iqamah ditelinga kiri oleh sang ayah.
Tradisi kelahiran dalam budaya Jawa salah satunya adalah tradisi krayahan ini ditujukan untuk memohon keselamatan dan agar bayi menjadi anak yang baik. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Golongan bangsawan: dawet, telur mentah, jangan menir, sekul ambeng, nasi dengan lauk, jeroan kerbau, pecel dengan lauk ayam, kembang setaman, kelapa dan beras.
b. Golongan rakyat biasa: nasi ambengan yang terdiri dari nasi jangan, lauk pauknya peyek, sambel goreng, tempe, mihun, jangan menir dan pecel ayam.




b.     Proses Krayahan

Upacara permohonan agar bayi menjadi anak baik yang dimulai dengan penanaman ari-ari dan penyediaan sesaji krayahan yang dibagikan kepada tetangga. Krayahan ini berupa telur ayam mentah, gula jawa setengah tangkep, kelapa setengah buah, dawet dan kembang krayahan yaitu mawar, melati dan kantil.
Upacara ini dilaksanakan segera setelah bayi lahir dan dihadiri oleh si ibu, suami, keluarga, dukun, pinisepuh dan putra-putri famili. Terdapat makanan pantangan yaitu sambal, sayur bersantan, telur ikan tawar dan telur asin.
Upacara krayahan merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada sore hari setelah bayi lahir. Upacara ini diadakan sebagai bentuk penyambutan dan rasa syukur atas lahirnya warga baru di dalam keluarga. Dalam upacara ini, terdapat sajian yang didoakan dan kemudian dibawa pulang para tamu.
Bagi orang Jawa, tradisi syukuran  yang dilaksanakan secara turun temurun, adalah sebuah proses mistik, yang mana merupakan tahap awal dari proses dalam pencarian keselamatan ( slamet ), yang kemudian diikuti oleh mayoritas orang Jawa dalam menuju ujung pengembaraan dalam kehidupan ini, yakni menuju tahap yang paling akhir,kesatuan kepadaTuhan.
            Slametan merupakan bentuk penerapan sosio - religius orang Jawa, praktek perjamuan yang dilaksanakan bersama - sama dengan para tetangga, sanak keluarga, temandan sahabat.

c.       Bentuk – Bentuk Upacara Syukuran Kelahiran Bayi

Upacara krayahan (kelahiran) merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada sore hari setelah bayi lahir. Upacara ini diadakan sebagai bentuk penyambutan dan rasa syukur atas lahirnya warga baru di dalam keluarga. Dalam upacara ini, terdapat sajian yang didoakan dan kemudian dibawa pulang para tamu.
Upacara kelahiran bayi ini ada berbagai macam, diantaranya :
1.     Upacara Brokohan (Krayahan)
Upacara krayahan (kelahiran) merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada sore hari setelah bayi lahir. Upacara ini diadakan sebagai bentuk penyambutan dan rasa syukur atas lahirnya warga baru di dalam keluarga. Dalam upacara ini, terdapat sajian yang didoakan dan kemudian dibawa pulang para tamu. [1]

2.      Upacara Tetesan
            Tradisi tetesan ini diselenggarakan dengan tujuan memohon keselamatan bagi anak perempuan.Perlengkapan upacara yang diperlukan terbagi dalam dua jenis keluarga. Golongan bangsawan akan menyediakan tumpeng robyong, tumpeng gundul, tumpeng songgobuwono, tumpeng kencono, jenang baro-baro.
Golongan rakyat kebanyakan akan menyiapkan nasi gurih, ingkung, nasi golong dengan lauk, jenang abang dan putih, jenang baro-baro, jajan pasar, nasi ambengan dan kembang telon.
Tetesan diadakan pada waktu malam hari dan dihadiri oleh anak tetesan, ayah ibu, famili dan tetangga terdekat. Upacara diawali dengan mandi air kembang setaman sebelum proses inisiasi dimulai. [2]
3.      Upacara puputan
 Tradisi kelahiran dalam budaya Jawa salah satunya adalah Puputan. Upacara puputan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara ini meliputi:
- Golongan bangsawan: nasi gudangan, jenang abang putih, lima macam bubur dan jajan pasar.
- Golongan rakyat biasa: nasi jangan, jenang abang putih, jenang baro-baro dan jajan pasar.
Puputan merupakan saat tali pusar bayi putus atau puput. Pada saat itu, diadakan Slametan Puputan Puser berupa kendhuri, bancakan dan pemberian nama bayi. Upacara ini diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu, dukun, pinisepuh, dan sanak saudara.
4.      Upacara Sepasaran
 Tradisi kelahiran dalam budaya Jawa salah satunya adalah tradisi Sepasaran. Upacara Sepasaran ini ditujukan untuk memohon keselamatan bagi bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: bubur lima macam, jajan pasar, nasi tumpeng gudangan,nasi      golongan.
- Golongan rakyat biasa: sego tumpeng janganan, jenang abang putih, jenang baro-baro dan jajan pasar.
Upacara Sepasaran dilakukan pada waktu bayi memasuki hari ke lima setelah kelahiran. Sepasaran dilaksanakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu bapaknya dan anggota keluarga terdekat. Terdapat makanan pantangan yaitu sambal, sayur bersantan, telur, ikan tawar dan telur asin.[3]
5.      Upacara Selapanan
Salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa adalah Selapanan. Upacara Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan pada hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama, famili dan keluarga terdekat.[4]

D.   KESIMPULAN

Dapat diambil kesimpulan bahwa krayahan yaitu suatu ucap syukur atas kelahiran bayi yang dilaksanakan ketika bayi itu sudah lahir ke dunia.
Upacara tersebut dilakukan ditempat orang tua sibayi yang dihadiri oleh saudara,tetangga dan sahabat.
Proses krayahan dimulai dari penanaman ari-ari dan penyediaan krayahan yang kemudian diberikan kepada tetangga.
Tradisi krayahan ini masihbanyak dilakukan sebagian masyarakat jawa, karena memang tradisi ini sudahmenjadi adat istiadat kebudayaan mereka dari zaman dahulu.

E.    PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami sampaikan, terhadap segala kekurangan dan kesalahan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai media pembelajaran untuk peningkatan pengetahuan dan intelektualitas penyusun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuka cakrawala pemikiran dan pengetahuan bagi kami khususnya dan  bagi para pembaca umumnya, selebihnya kami ucapkan terima kasih. Wallahu A’lam Bissowaab.

DAFTAR PUSTAKA
http://gudeg.net/id/directory/84/Yogyakarta-Kesenian-dan-Tradisi#.PDCjUlE8-XY

Silahkan baca juga >>>>:

1 komentar:

Dinamika mengatakan...

Tumpeng memiliki simbol dan arti yang dalam. Baik digunakan untuk acara pribadi maupun resmi.
Jika mau nambah informasi atau pemesanan bisa ke
http://tokokuejakarta.weebly.com/about.html

Posting Komentar

 
10 Khasiat dan manfaat Ayat Kursi: " 1. Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan istikamah setiap kali selesai sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk kerumah atau kepasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, insyaallah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (pemerintah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang yang memudharatkan. Terpelihara dirinya dann keluarganya, anak-anak nya, hartanya, rumahnya dari kecurian, kebakaran dan kekaraman. 2. Terdapat keterangan dalam kitab Assarul Mufidah, barang siapa yang mengamalkan membaca ayat kursi, setiap kali membaca sebanyak 18 kali, inyaallah ia akan hidup berjiwa tauhid, dibukakan dada dengan berbagai hikmat, dimudahkan rezekinya, dinaikkan martabatnya, diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang selalu segan kepadanya, diperlihara dari segala bencana dengan izin Allah s.w.t. 3. Seorang ulama Hindi mendengar dari salah seorang guru besarnya dari Abi Lababah r.a, membaca ayat Kursi sebanyak anggota sujud (7 kali) setiap hari ada benteng pertahanan Rasulallah s.a.w. 4. Syeikh Abul ‘Abas alBunni menerangkan: “Sesiapa membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya (50 kali), di tiupkan pada air hujan kemudian diminumnya, maka inysyaallah tuhan mencerdaskan akalnya dan memudahkan faham pada pelajaran yang dipelajari. 5. Sesiapa yang membaca ayat Kursi selepas sembahyang fardhu, Tuhan akan mengampunkan dosanya. Sesiapa yang membacanya ketika hendak tidur, terpelihara dari gangguan syaitan, dan sesiapa yang membacanya ketika ia marah, maka akan hilang rasa marahnya. 6. Syeikh alBuni menerangkan: Sesiapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya (170 huruf), maka insyaallah, Tuhan akan memberi pertolongan dalam segala hal dan menunaikan segala hajatnya, dam melapangkan fikiranyan, diluluskan rezekinya, dihilangkan kedukaannya dan diberikan apa yang dituntutnya. 7. Barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur, maka Tuhan mewakilkan dua malaikat yang menjaga selama tidurnya sampai pagi. 8. Abdurahman bin Auf menerangkan bahawa, ia apabila masuk kerumahnya dibaca ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya dan mengharapkan dengan itu menjadi penjaga dan pelindung syaitan. 9. Syeikh Buni menerangkan: sesiapa yang takut terhadap serangan musuh hendaklah ia membuat garis lingkaran denga nisyarat nafas sambil membaca ayat Kuris. Kemudian ia masuk bersama jamaahnya kedalam garis lingkaran tersebut menghadap kearah musuh, sambil membaca ayat Kursi sebayak 50 kali, atau sebanayk 170 kali, insyaallah musuh tidak akan melihatnya dan tidak akan memudharatkannya. 10. Syeikul Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi menerangkan bahawa; sesiapa yang membaca ayat Kursi sebayak 1000 kali dalam sehari semalam selama 40 hari, maka demi Allah, demi Rasul, demi alQuran yang mulia, Tuhan akan membukakan baginya pandangan rohani, dihasilkan yang dimaksud dan diberi pengaruh kepada manusia. (dari kitab Khawasul Qur’an)"