اَلْحَمْدُ
للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن, وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْن, وَلاَ عُدْوَانَ إلَّا
عَلى الظَّالِمِيْن, وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلهَ إِلااللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ
لَهُ رَبَّ الْعَالَمِيْن, وَإلَهَ المُرْسَلِيْن, وقَيُّوْمَ السَّمَوَاتِ
والأَرَضِيْن, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ
بِالْكِتَابِ المُبِيْن, الْفَارِقُ بَيْنَ الهُدى وَالضَّلالِ وَالْغَيِّ
وَالرَّشَادِ والشَّكِّ وَالْيَقِين, أَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلى
سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحمَّدٍ, سَيِّدِ المُرْسَلِيْن,
وَإِمَامِ الْمُهْتَدِيْن وَ قَائِدِ الْمُجَاهِدِيْن, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِيْن. أَمَّا بَعْد.
فَيَا عِبَادَ الله, أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ وَالتَّمَسُّكِ بهذَا الدِّيْن تَمَسُّكًا قَوِيًّا. فقال الله
تعالى في كتابه الكريم، أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ ،
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Jum’at Rahimakumullah,
Marilah,
kita senantiasa meningkatkan Taqwa kita kepada Allah Swt. Taqwa dengan
sebenar-benar taqwa, yakni marilah, kita senantiasa menjalankan segala perintah
Allah Swt. serta menjauhi segala larangan-Nya.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Kini kita
tengah berada di bulan Syawal 1436 H dan Bulan Ramadhan sudah meninggalkan
kita, Tanpa adanya kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa
dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang
dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita. Kita juga tidak pernah
tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan
Ramadhan kemarin diterima oleh Allah SWT atau tidak. Dua ketidakpastian inilah
yang membuat sebagian salafus shalih (para Ulama zaman dahulu) berdoa selama
enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan
diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan kembali
dengan bulan Ramadhan berikutnya.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Arti
Syawal adalah peningkatan. Demikianlah seharusnya. Paska Ramadhan, diharapkan
orang-orang yang beriman meraih derajat taqwa, menjadi muttaqin. Hingga mulai
bulan Syawal kualitasnya meningkat. Kualitas ibadah, juga kualitas diri
seseorang. Bukankah kemuliaan seseorang tergantung pada ketaqwaannya
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat : 13)
Akan
tetapi, yang kita lihat di masyarakat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan
penurunan. Penurunan ibadah, juga penurunan kualitas diri. Kemaksiatan justru
langsung ramai sejak hari pertama bulan Syawal. Na'udzubillah! Lalu setelah
itu, masjid-masjid akan kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Umpatan,
luapan emosional, dan kemarahan kembali "membudaya". Bukankah ini
semua bertolak belakang dengan arti Syawal? Bukankah ini seperti mengotori kain
putih yang tadinya telah dicuci dengan sebaik-baiknya? Jadilah ia kembali penuh
noda. Jadilah ia kembali menghitam dan semakin memburam.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Fenomena
itu sesungguhnya juga menunjukkan kepada kita, bahwa puasa orang yang demikian
tidak berhasil. Tidak mampu mengantarkan seseorang meraih derajat taqwa, atau
mendekatinya. Lalu bagaimana amal seorang muslim di bulan Syawal? Berangkat
dari kaidah umum makna syawal yang berarti peningkatan, maka harus ada
peningkatan di bulan ini. Dan peningkatan itu tidak lain adalah berangkat dari
sikap istiqamah. Menetapi agama Allah, berjalan lurus di atas ajarannya. Allah
Swt Berfirman :
Maka istiqomahlah/tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu
kerjakan. (QS. Huud : 112)
Bentuk
sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara kontinyu,
secara terus-menerus. Jika kita istiqamah, maka Allah SWT menjanjikan tiga
keistimewaan yang akan kita dapatkan. Ketiganya difirmankan Allah dalam satu
ayat yang sama, yaitu dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu".(QS. Fushilat : 30)
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Baginda Nabi Saw bersabda :
إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ
قَلَّ
Sesungguhnya amal yang paling
dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka
amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap
dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Nilai-nilai
keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan juga tetap kita pertahankan. kita
tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa
Ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita
berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan, sebab kita yakin akan pengawasan
Allah (ma'iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa
perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi
keyakinan, maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam
bulan Syawal dan semakin meningkat. Bukan menipis tiba-tiba lalu hilang
seketika!
Jamaah Jum’at Rahimakumullah,
Allah
Swt. telah memberikan kesempatan berupa satu amal khusus di bulan ini berupa
puasa Syawal. Ini juga bisa dimaknai sebagai jalan tool dalam rangka
meningkatkan ibadah dan kualitas diri kita di bulan Syawal ini. Dan
keistimewaan puasa sunnah ini adalah, kita akan diganjar dengan pahala satu
tahun jika kita mengerjakan puasa enam hari di bulan ini setelah sebulan penuh
kita berpuasa Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ
كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Barangsiapa berpuasa di bulan
Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia
seperti berpuasa setahun. (HR. Muslim)
Bagaimana pelaksanaannya? Apakah
puasa Syawal harus dilakukan secara berurutan atau boleh tidak? Sayyid Sabiq di
dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa menurut pendapat Imam Ahmad, puasa
Syawal boleh dilakukan secara berurutan, boleh pula tidak berurutan. Dan tidak
ada keutamaan cara pertama atas cara kedua. Sedangkan menurut madzhab Syafi'i
dan Hanafi, puasa Syawal lebih utama dilaksanakan secara berurutan sejak tanggal
2 Syawal hingga 7 Syawal.
Jadi, tidak ada madzhab yang
tidak membolehkan puasa Syawal di hari selain tanggal 2 sampai 7, selama masih
di bulan Syawal. Ini artinya, bagi kita yang belum bisa melaksanakan puasa
Syawal tanggal 2 sampai 7, masih ada kesempatan mengerjakannya pada tanggal
yang lain,. Akan tetapi,
hendaknya kita tidak berpuasa khusus di hari Jum'at tanpa mengiringinya di hari
Kamis atau Sabtu karena adanya larangan Rasulullah yang juga diriwayatkan oleh
Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Al-Albani.
بَارَكَ اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِىْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم, وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَا السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ, أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُالله
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, إَنَّهُ
هُوَاالْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ وَلَكَ الشُّكْرُ
كُلُّهُ وَإِلَيْكَ يَرْجِعُ اْلأَمْرُ كُلُّهُ عَلاَ نِيتُهُ وَسِرُّهُ، فَأَهْلٌ
أَنْتَ أَنْ تُحْمَدَ، وَأَهْلٌ أَنْتَ أَنْ تُعْبَدَ، وَأَنْتَ عَليَ كُلِّ
شَيْئٍ قَدِيْرٌ. اللهم لَكَ الْحَمْدُ حَتَّي تَرْضَي، وَلَكَ الْحَمْدُ إِذاَ
رَضِيْتَ وَلَكَ الْحَمْدُ بَعْدَ الرِّضاَ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْواَنِهِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِناَ وَشَفِيْعِناَ
وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا. أَمَّا
بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللهَ فِيْماَ أَمَرَ وَانْتَهَوْا
فِيْماَ نَهَى وَزَجَرَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ الله أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ بِقَوْلِهِ عَزَّ مِنْ قَائِل: إِنَّ
اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاَأيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلَائِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اَللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ: أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيُّ
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَناَّ مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ ياَ
أَرْحَمَ الراَّحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناَتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِماَتِ
اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْواَتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَواَتِ ياَ قاَضِيَ الْحاَجاَتِ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ
قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِمُ الْإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ
عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ
يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى
عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أعْدَاءَ الدِّينِ وَاجْعَلْ
دَائِرَةَ السُّوْءِ عَلَيْهِمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ فَرِّقْ
جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَخُذْهُمْ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ إنَّكَ
رَبُّنَا عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلِّ اَللَّهُمَّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبَّ
الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهُ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى الْقُربَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ
مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اكْبَرُ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Silahkan baca juga >>>>:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar