Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Kepesantrenan
Disusun Oleh :
MUTOHAROH
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-MUHAMMAD CEPU
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
A. LATAR
BELAKANG
B. RUMUSAN
MASALAH
C. PEMBAHASAN
MASALAH
D. KESIMPULAN
E. DAFTAR
PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadiran Allah SWT , kami dapat menyusun makalah ini dengan harapan
semoga Allah SWT selalu memberikan hidayahnya kepada kami. Amin
Dalam
penyusunan makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak
Sholikhin Hasan , S.Ag.M.pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah ini.
Semoga
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, kami juga sadar bahwa laporan yang kami
buat mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mohn saran dan kritik
yang bersifat membangun.
Demikian
makalah kami, semoga dengan makalah yang sederhana ini dapat mencapai tujuan
yang diharapkan.
A.
LATAR
BELAKANG
Dizaman
yang serba modern ini, masih banyak masyarakat yang kurang tahu atau memahami
adat istiadat kebudayaan mereka sendiri.
Untuk
itu saya membuat makalah ini, aupaya saya lebih mengetahui lebih baiknya dalam
dapat jawa tentang tradisi krayah (krayahan).
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah tentang tradisi krayahan ini antara lain sebagai berikut:
1. Kapan
tradisi itu dilaksanakan ?
2. Dimana
tempat pelaksanaanya ?
3. Bagaimana
prosesnya ?
4. Mengapa
tradisi itu masih dilakukan ?
Untuk
lebih jelasnya mari kita lihat dalam pembahasan selanjutnya.
C.
PEMBAHASAN
MASALAH
a.
Pengertian
Krayahan
Menurut
sebagian masyarakat krayahan yaitu suatu ucapan syukur kepada Allah atas keselamatan bayi serta
ibunya selama melalui massa
persalinan.
Dalam
event ini diisi dengan upacara sederhana yaitu
mengumandangkan adzan ditelinga kanan dan iqamah ditelinga kiri oleh
sang ayah.
Tradisi
kelahiran dalam budaya Jawa salah satunya adalah tradisi krayahan ini ditujukan
untuk memohon keselamatan dan agar bayi menjadi anak yang baik. Perlengkapan
upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
a. Golongan bangsawan: dawet, telur mentah, jangan menir, sekul ambeng, nasi dengan lauk, jeroan kerbau, pecel dengan lauk ayam, kembang setaman, kelapa dan beras.
b. Golongan rakyat biasa: nasi ambengan yang terdiri dari nasi jangan, lauk pauknya peyek, sambel goreng, tempe, mihun, jangan menir dan pecel ayam.
a. Golongan bangsawan: dawet, telur mentah, jangan menir, sekul ambeng, nasi dengan lauk, jeroan kerbau, pecel dengan lauk ayam, kembang setaman, kelapa dan beras.
b. Golongan rakyat biasa: nasi ambengan yang terdiri dari nasi jangan, lauk pauknya peyek, sambel goreng, tempe, mihun, jangan menir dan pecel ayam.
b.
Proses
Krayahan
Upacara
permohonan agar bayi menjadi anak baik yang dimulai dengan penanaman ari-ari
dan penyediaan sesaji krayahan yang dibagikan kepada tetangga. Krayahan ini
berupa telur ayam mentah, gula jawa setengah tangkep, kelapa setengah buah,
dawet dan kembang krayahan yaitu mawar, melati dan kantil.
Upacara
ini dilaksanakan segera setelah bayi lahir dan dihadiri oleh si ibu, suami,
keluarga, dukun, pinisepuh dan putra-putri famili. Terdapat makanan pantangan
yaitu sambal, sayur bersantan, telur ikan tawar dan telur asin.
Upacara
krayahan merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada sore hari setelah
bayi lahir. Upacara ini diadakan sebagai bentuk penyambutan dan rasa syukur
atas lahirnya warga baru di dalam keluarga. Dalam upacara ini, terdapat sajian
yang didoakan dan kemudian dibawa pulang para tamu.
c.
Bentuk – Bentuk Upacara Syukuran Kelahiran
Bayi
Upacara
krayahan (kelahiran) merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada sore
hari setelah bayi lahir. Upacara ini diadakan sebagai bentuk penyambutan dan
rasa syukur atas lahirnya warga baru di dalam keluarga. Dalam upacara ini,
terdapat sajian yang didoakan dan kemudian dibawa pulang para tamu.
Upacara
kelahiran bayi ini ada berbagai macam, diantaranya :
1.
Upacara
Brokohan (Krayahan)
Upacara
krayahan (kelahiran) merupakan upacara adat Jawa yang dilaksanakan pada sore
hari setelah bayi lahir. Upacara ini diadakan sebagai bentuk penyambutan dan
rasa syukur atas lahirnya warga baru di dalam keluarga. Dalam upacara ini,
terdapat sajian yang didoakan dan kemudian dibawa pulang para tamu. [1]
2.
Upacara
Tetesan
Tradisi
tetesan ini diselenggarakan dengan tujuan memohon keselamatan bagi anak
perempuan.Perlengkapan upacara yang diperlukan terbagi dalam dua jenis
keluarga. Golongan bangsawan akan menyediakan tumpeng robyong, tumpeng gundul,
tumpeng songgobuwono, tumpeng kencono, jenang baro-baro.
Golongan
rakyat kebanyakan akan menyiapkan nasi gurih, ingkung, nasi golong dengan lauk,
jenang abang dan putih, jenang baro-baro, jajan pasar, nasi ambengan dan
kembang telon.
Tetesan
diadakan pada waktu malam hari dan dihadiri oleh anak tetesan, ayah ibu, famili
dan tetangga terdekat. Upacara diawali dengan mandi air kembang setaman sebelum
proses inisiasi dimulai. [2]
3. Upacara puputan
Tradisi kelahiran dalam budaya Jawa salah
satunya adalah Puputan. Upacara puputan bertujuan memohon keselamatan bagi si
bayi. Perlengkapan upacara ini meliputi:
- Golongan bangsawan: nasi gudangan, jenang abang putih, lima macam bubur dan jajan pasar.
- Golongan rakyat biasa: nasi jangan, jenang abang putih, jenang baro-baro dan jajan pasar.
- Golongan bangsawan: nasi gudangan, jenang abang putih, lima macam bubur dan jajan pasar.
- Golongan rakyat biasa: nasi jangan, jenang abang putih, jenang baro-baro dan jajan pasar.
Puputan
merupakan saat tali pusar bayi putus atau puput. Pada saat itu, diadakan
Slametan Puputan Puser berupa kendhuri, bancakan dan pemberian nama bayi.
Upacara ini diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu, dukun,
pinisepuh, dan sanak saudara.
4.
Upacara
Sepasaran
Tradisi kelahiran dalam budaya
Jawa salah satunya adalah tradisi Sepasaran. Upacara Sepasaran ini ditujukan
untuk memohon keselamatan bagi bayi. Perlengkapan upacara yang dibutuhkan
adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: bubur lima macam, jajan pasar, nasi tumpeng gudangan,nasi golongan.
- Golongan rakyat biasa: sego tumpeng janganan, jenang abang putih, jenang baro-baro dan jajan pasar.
- Golongan bangsawan: bubur lima macam, jajan pasar, nasi tumpeng gudangan,nasi golongan.
- Golongan rakyat biasa: sego tumpeng janganan, jenang abang putih, jenang baro-baro dan jajan pasar.
Upacara Sepasaran dilakukan pada waktu bayi memasuki hari ke lima setelah kelahiran.
Sepasaran dilaksanakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu bapaknya dan
anggota keluarga terdekat. Terdapat makanan pantangan yaitu sambal, sayur
bersantan, telur, ikan tawar dan telur asin.[3]
5.
Upacara
Selapanan
Salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa adalah Selapanan. Upacara
Selapanan bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Perlengkapan upacara yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
- Golongan bangsawan: Nasi tumpeng gudangan, nasi tumpeng kecil yang ujungnya ditancapi tusukan bawang merah dan cabe merah, bubur lima macam, jajan pasar, nasi golong, nasi gurih, sekul asrep-asrepan, pecel ayam, pisang, kemenyan, dan kembang setaman diberi air.
- Golongan rakyat biasa: Tumpeng nasi gurih dengan lauk, nasi tumpeng among-among, nasi golong, jenang abang putih, ingkung dan panggang ayam.
Upacara terakhir dalam rangkaian selamatan kelahiran yang dilakukan pada
hari ke 36 sesuai dengan weton atau hari pasaran kelahiran si bayi. Selapanan
diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh si bayi, ayah, dukun, ulama, famili
dan keluarga terdekat.[4]
D.
KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan bahwa
krayahan yaitu suatu ucap syukur atas kelahiran bayi yang dilaksanakan ketika
bayi itu sudah lahir ke dunia.
Upacara tersebut
dilakukan ditempat orang tua sibayi yang dihadiri oleh saudara,tetangga dan
sahabat.
Proses krayahan dimulai
dari penanaman ari-ari dan penyediaan krayahan yang kemudian diberikan kepada
tetangga.
Tradisi krayahan ini masihbanyak dilakukan
sebagian masyarakat jawa, karena memang tradisi ini sudahmenjadi adat istiadat
kebudayaan mereka dari zaman dahulu.
E.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami sampaikan, terhadap
segala kekurangan dan kesalahan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai media
pembelajaran untuk peningkatan pengetahuan dan intelektualitas penyusun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuka
cakrawala pemikiran dan pengetahuan bagi kami khususnya dan bagi para
pembaca umumnya, selebihnya kami ucapkan terima kasih. Wallahu A’lam
Bissowaab.
DAFTAR PUSTAKA
http://gudeg.net/id/directory/84/Yogyakarta-Kesenian-dan-Tradisi#.PDCjUlE8-XY
Silahkan baca juga >>>>:
1 komentar:
Tumpeng memiliki simbol dan arti yang dalam. Baik digunakan untuk acara pribadi maupun resmi.
Jika mau nambah informasi atau pemesanan bisa ke
http://tokokuejakarta.weebly.com/about.html
Posting Komentar