السلام عليكم ورحمة الله
وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ,
نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ , أَمَّا بَعْدُ
:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Monggo
tansah sami sesarengan berikhtiyar netepi taqwo lan taat dateng ngerso dalem Allah
SWT, wonten ing pundi-pundi kemawon panggenan lan kawontenan kito, kawontenan
rame utawi sepi, terang terangan utawi rahasia, bungah utawi sedih, sugih utawi
miskin lan keadaan sanes-sanesipun, berusaha
tansah nindakaken sedaya perintah lan
nebihi sedaya cegah, nindakaken sedaya dawuh lan nebihi sedaya awisan-awisanipun,
supados kita tansah pikantuk rohmat lan kanugrahan saking ngerso dalem Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Amiin ya robbal
alamin.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Sekarang
ini kita telah memasuki separo lebih bulan rojab dimana pada akhir bulan ini
kita sebagai seorang muslim telah diingatkan kembali sebuah peristiwa besar
dalam sejarah umat islam. Sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah
hidup Rasulullah SAW yaitu peristiwa diperjalankannya beliau dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di
Jerusalem palestina, lalu dilanjutkan dengan perjalanan vertical/ke atas
(mi'raj) dari Qubbah As Sakhrah Masjidil aqso menuju Sidratul Muntaha. Peristiwa
ini terjadi antara 16-12 bulan sebelum Rasulullah SAW diperintahkan untuk
melakukan hijrah ke Madinah. Peristiwa agung ini Allah SWT abadikan di dalam S. Al Isra ayat pertama:
Artinya,
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui”.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Sedangkan
untuk yang peristiwa mi’roj Alloh meng
abadikan dalam QS. An Najm 13-18
Artinya,
13.
Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain,
14.
(yaitu) di Sidratil Muntaha.
15.
Di dekatnya ada syurga tempat tinggal,
16.
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya.
17.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya.
18.
Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang
paling besar.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Lalu
apa pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Isra Mi'raj ini? Barangkali khutbah
singkat ini dapat memotivasi kita untuk lebih jauh dan sungguh-sungguh
menangkap pelajaran yang seharusnya kita tangkap dari peristiwa isro’ mi’roj
ini.
Pertama
tentang Konteks situasi terjadinya
Kita
kenal, Isra' Mi'raj terjadi sekitar setahun sebelum Hijrahnya Rasulullah SAW ke
Madinah. Ketika itu, Rasulullah SAW dalam situasi yang sangat
"sumpek". Beberapa masa sebelumnya, isteri tercinta Khadijah r.a. dan
paman beliau Abu Tolib r.a. yang menjadi benteng dari perjuangan beliau, meninggal
dunia.
Sementara
tekanan fisik dan mental dari kafir Qurays terhadap beliau semakin berat.
Rasulullah seolah kehilangan pegangan, kehilangan arah perjuangan. Dalam situasi
seperti inilah, rupanya "rohmah" Allah meliputi segalanya,
mengalahkan dan menundukkan segala sesuatunya. "warohmatii wasi'at kulla
syaei", demikian Allah sampaikan dalam al-qur’an. Beliau di suatu malam
yang merintih kepedihan, mengenang kegetiran dan kepahitan langkah perjuangan,
tiba-tiba diajak oleh Pemilik kesenangan dan kegetiran untuk
"berjalan-jalan" napak tilas "perjuangan" para pejuang
sebelumnya yakni para nabi. Bahkan dibawa serta melihat langsung kebesaran
singgasana Ilahiyah di "Sidartul Muntaha". Sungguh sebuah
"penyejuk" yang menyiram keganasan kobaran api permusuhan kaum kafir.
Artinya,
bahwa kita adalah "rasul-rasul" Nabi Muhammad SAW dalam melanjutkan
perjuangan ini. Betapa terkadang, di tengah perjalanan kita temukan tantangan
dan penentangan yang menyesakkan dada, bahkan mengaburkan pandangan kita dalam
melangkahkan kaki ke arah tujuan perjuangan. Jikalau hal ini terjadi, maka
tetaplah yakin, Allah akan meraih tangan kita, mengajak kita kepada sebuah
"perjalanan" yang menyejukkan jiwa
kita hingga menjadi tenang, dan tekad kita menjadi mantap
untuk terus maju dalam
perjuangan menegakkan agama Alloh. "Allahu Waliyyulladziina aamanu" (Temen-temen
Alloh iku waline wong-wong sing bener-bener nduweni Iman / Sungguh Allah itu
adalah Wali-nya mereka yang betul-betul beriman). Wali yang bertanggung jawab
memenuhi segala keperluan dan kebutuhan. Kesumpekan hati dan kesempitan hidup sebagai
akibat dari penentangan dan rintangan mereka yang tidak senang dengan
kebenaran, akan diselesaikan dengan cara dan metode yang hanya Allah yang tahu.
Yang terpenting bagi seorang pejuang adalah, maju tak gentar, sekali mendayung
pantang mundur, konsistensi memang harus menjadi karakter dasar bagi seorang
pejuang di jalan Alloh. "Wa laa taeasuu min rahmatillah" ( ojok
pisan-pisan putus asa songko rohmate Alloh
/ jangan sekali-kali berputus asa dari rahmat Allah).
Kedua:
Yaitu Pensucian Hati
Disebutkan
bahwa sebelum di bawa oleh Jibril, beliau dibaringkan lalu dibelah dadanya,
kemudian hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati Rasulullah kotor?
Pernahkan Rasulullah SAW berbuat dosa? Apakah Rasulullah punya penyakit
"dendam", dengki, iri hati, atau berbagai penyakit hati lainnya?
Tidak…saudara sekalian. Beliau hamba yang "ma'shuum" (terjaga dari
berbuat dosa). Lalu apa makna dari pensucian hati Rosululloh?
Rasulullah
SAW. adalah sosok "uswah", pribadi yang hadir di tengah-tengah umat,
tidak saja sebagai "muballigh" (penyampai), melainkan sosok pribadi
unggulan yang harus menjadi "percontohan" bagi semua yang mengaku
pengikutnya. "Laqad kaana lakum fi Rasulillahi uswatun hasanah".
Sungguh
ini adalah contoh bagi kita, Ketika kita
hendak menghadap Alloh bukan saja tubuh
kita yang harus suci
tapi hatipun harus
suci sehingga semua dalam suasa "kesucian". Berjalan dari
Alloh dan juga menuju kepada Alloh. Dalam perjalanan ini, diperlukan lentera,
cahaya, atau petunjuk agar selamat menempuhnya. Dan hati nurani yang intinya
sebagai cahaya, itulah lentera perjalanan hidup.
Cahaya
ini berpusat pada hati seseorang yang ternyata juga dilengkapi oleh gesekan-gesekan
"karat" kehidupan (fa alhamaha fujuuraha). Semakin kuat gesekan
karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya. Dan oleh karenanya, di
setiap saat dan kesempatan, diperlukan pembersihan, diperlukan siraman rohani
untuk membasuh kotoran-kotoran hati yang melengket. Hanya dengan itu, hati akan
bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh hati inilah yang kemudian
"penentu" baik atau tidaknya seseorang pemilik hati.
ألا إن في الجسد مضغة، إذا
صلحت صلحت سير عمله، وإذا فسدت فسدت سير عمله.
Disebutkan
bahwa hati manusia awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan tiada
noda sedikitpun. Namun karena manusia, setiap kali melakukan dosa setiap kali
pula terjatuh noda hitam pada hati, yang pada akhirnya menjadikannya hitam
pekat. Kalaulah saja, manusia yang hatinya hitam pekat tersebut tidak sadar dan
bahkan menambah dosa dan noda, maka akhirnya Allah akan akan membalik hati
tersebut. Hati yang terbalik inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh
api neraka. "Khatamallahu 'alaa quluubihim".
Di
Al Qur'an sendiri, Allah berfirman dalam S As-syams ayat 9-10.
Artinya:
9. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
10. Dan
Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Maka
sungguh perjalanan ini hanya akan bisa menuju "ilahi" dengan
senantiasa membersihkan jiwa dan hati kita, sebagaimana yang telah dilakukan
oleh Rasulullah sebelum perjalanan sucinya tersebut.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Ketiga:
Saat Rosululloh SAW Memilih Susu dan Menolak Khamar
Ketika
ditawari dua pilihan minuman, dengan sigap Rasulullah mengambil gelas yang
berisikan susu. Minuman halal dan penuh menfaat bagi kesehatan. Minuman yang
berkalsium tinggi, menguatkan tulang belulang. Rasulullah menolak khamar,
minuman yang menginjak-nginjak akal, menurunkan tingkat kecerdasan ke dasar
yang paling rendah.
Di
tengah perjalanan, hanya memang ada dua alternatif di hadapan kita. Kebaikan
dan keburukan. Kebaikan akan selalu identik dengan manfaat, sementara keburukan
akan selalu identik dengan kerugian. Seseorang yang hatinya suci, bersih dari
kuman dosa dan noda kezaliman, akan sensitif untuk selalu menerima yang benar
dan selalu menolak yang salah. Bahkan hati yang bersih tadi akan merasakan
"ketidak senangan" terhadap setiap kemungkaran. Lebih jauh lagi,
pemiliknya akan memerangi setiap kemungkaran dengan segala daya yang
dimilikinya. Dalam hidup ini seringkali kita diperhadapkan kepada
pilihan-pilihan yang samar.
Pelaksanaan
ilmu agama menjadi acuan, lentera, pedoman dalam mengayuh bahtera kehidupan menuju
akhirat. Dan oleh karenanya, jika kita dalam melakukan pilihan-pilihan dalam
hidup ini, ternyata kita seringkali terperangkap kepada pilihan-pilihan yang
salah, buruk lagi merugikan, maka yakinlah itu disebabkan oleh tumpulnya pelaksanaan
ilmu agama kita. Agaknya dalam situasi seperti ini, diperlukan asahan untuk
mempertajam kembali pengetahuan agama islam yang bersemayam dalam diri setiap
insan.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Keempat:
Rosululloh menjadi Imam Shalat Berjama'ah
Shalat
adalah bentuk peribadatan tertinggi seorang Muslim, sekaligus merupakan simpol
ketaatan totalitas kepada Yang Maha Pencipta. Pada shalatlah terkumpul berbagai
hikmah dan makna. Shalat menjadi simbol ketaatan total dan kebaikan menyeluruh bagi
seorang Muslim yang senantiasa menjadi tujuan hidupnya.
Maka
ketika Rasulullah memimpin shalat berjama'ah, dan tidak tanggung-tanggung
ma'mumnya adalah para anbiyaa para nabi-nabi, maka sungguh itu adalah suatu
pengakuan kepemimpinan dari seluruh kaum yang ada. Memang jauh sebelumnya, Musa
r.a. yang menjadi pemimpin sebuah umat besar pada masanya. Bahkan Ibrahim r.a,
Eyangnya banyak nabi dan Rasul, menerima menjadi Ma'mumnya Rasulullah SAW.
Beliau menerima dengan rela hati, karena sadar bahwa Rasulullah memang memiliki
“kelebihan-seorang pemimpin", walau secara senioritas beliaulah seharusnya
yang menjadi Imam.
Kepemimpinan
dalam shalat berjama'ah, sesungguhnya juga simbol kepemimpinan dalam segala
skala kehidupan manusia. Allah menggambarkan sekaligus mengaitkan antara
kepemimpinan shalat dan kebajikan secara menyeluruh:
"Wahai
orang-orang yang beriman, ruku'lah, sujudlah dan sembahlah Tuhanmu serta
berbuat baiklah secara bersama-sama. Nisacaya dengan itu, kamu akan meraih
keberuntungan".
Dalam
situasi seperti inilah, Nabi Muhammad SAW. telah membuktikan bahwa dirinya
adalah pemimpin bagi seluruh pemimpin umat lainnya. Lalu bagaimana dengan kita sebagai pengikut
nabi muhammad dalam masalah ini? Kriteria "imaamah" atau kepemimpinan
yang disebutkan dalam Al Qur'an masih menjadi "tanda tanya" besar
pada kalangan umat ini. Dawuhipun Alloh,
"Dan
demikian kami jadikan di antara mereka Pemimpin yang mengetahui urusan Kami,
memiliki kesabaran dan ketangguhan jiwa, dan adalah mereka yakin terhadap
ayat-ayat Kami".
Sesungguhnya
itulah ciri-ciri seorang pimpinan yang di
tegaskan oleh Alloh dalam al-qur’an saudara sekalian, dan kita harus cari, dan
sadari bersama dan berkwajiban membentuk
kader-kader pemimpin masa depan yang mengerti urusan Alloh, yaqin terhadap
ayat-ayat Alloh, mempunyai sifat sabar dan mempunyai ketangguhan jiwa yang kuwat.
Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Kelima:
Rusululloh Kembali ke Bumi dengan Shalat
Rasulullah
sungguh sadar bahwa betapapun ni'matnya berhadapan langsung dengan Alloh SWT.
di suatu tempat yang agung nan suci, betapa ni'mat menyaksikan dan mengelilingi
syurga, tapi kenyataannya beliau memiliki tanggung jawab duniawi. Untuk itu,
semua kesenangan dan keni'matan yang dirasakan malam itu, harus ditinggalkan
untuk kembali ke dunia, beliau melanjutkan amanah perjuangan yang masih harus
diembannya.
Inilah
sikap seorang Muslim. Kita dituntut untuk turun ke bumi ini dan bermasyarakat
dengan membawa bekal shalat yang kokoh. Shalat berintikan "dzikir",
dan karenanya dengan bekal dzikir inilah kita melanjutkan ayunan langkah kaki
menelusuri lorong-lorong kehidupan menuju kepada ridha Alloh.
"Wadzkurullaha katsiira" ( lan podo elingo maring Alloh sing akeh / dan
ingatlah kepada Allah banyak-banyak), pesan Allah kepada kita di saat kita
bertebaran mencari "rizqiNya" dipermukaan bumi ini. Persis seperti
Rasulullah SAW membawa bekal kebutuhan shalat 5 waktu bagi umatnya.
أقول قولي هذا واستغفر الله العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين
والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
KUTBAH II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ
وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ, وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا,
اَمَّا بَعْدُ ;
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ
بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ
ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ
عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ
لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ
يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ
اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
ثم السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Silahkan baca juga >>>>:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar